Tittle : 'YOU'
Author : Teta
Cast :
Im Yoona
Cho Kyuhyun
Other cast :
Nichkhun
Kwon Yuri
Lee Jonghyun
Super Junior member
Genre:
Romace, Comedy, Sad
Lenght : Chaptered
"Hah.. hah..." Nafasku menderu cepat, detak
jantungku sudah tak berirama. Berkali-kali kulirik jam tangan keemasan yang
terpasang di tanganku, 5 menit lagi Fikirku
dalam hati. Lariku semakin cepat, entah beberapa orang yang sudah ku senggol
bahkan ku tabrak. Aku hanya membungkuk meminta maaf pada mereka yang terganggu olehku dan terus
berlari tanpa mengurangi kecepatanku,entah apa yang ada difikiran mereka
melihat seorang wanita berlari seperti kesetanan. Namun aku tak mempedulikannya
ini hari pertama ku masuk kuliah, dan aku tak ingin kehilangan jadwal satupun.
Sebelumnya aku sudah bertanya pada seorang satpam,
menanyakan letak kelas kuliah yang harus aku datangi pagi ini. ‘ujung koridor, kau belok ke kiri. Ruangan ke
tiga setelah kau belok itu ruangannya' masih teringat jelas dikepalaku
penjelasan satpam tersebut. Kini aku
dapat melihat ujung dari koridor ini yang ternyata cukup panjang juga. Setelah ujung koridor ini aku belok kiri gumamku
dalam hati. Tanpa mengurangi kecepatan aku mengikuti perintah otakku untuk
berbelok ke kiri dan
BRAK. "Aaaargh" erangku kesakitan.
Sepertinya aku menabrak sesuatu, tidak maksudku seseorang.
aku tak punya waktu untuk melihat siapa orang yang kutabrak, kini semua buku
dan kertas gambar yang kubawa sambil berlari sedari tadi berterbangan,
berserakan kesegala arah.
"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang yang ku
yakin orang yang kutabrak, maksudku tidak sengaja ku tabrak. terdengar dari
suaranya ia seorang namja. Dengan cepat aku bangkit lalu membungkuk meminta
maaf padanya berkali-kali tanpa sempat melihat wajahnya.
"Mianhae, aku terburu buru. Joengmal mianhae" Aku
segera membereskan semua kertas dan yang berserakan di lantai.
"Mianhae, aku sudah terlambat. Sekali lagi
mianhae" aku terus membungkuk padanya, lalu berlari kembali
meninggalkannya yang masih berdiri ditempatnya.
Kelas ketiga dari belokan sudah kutemukan dengan cepat
kugeser pintu ruangannya. Beruntunglah aku kuliahnya hampir dimulai dan baru
saja akan dimulai. Dengan segera aku mencari tempat duduk dibagian belakang,
karena barisan depan kelihatannya sudah terisi penuh. Aku duduk dengan nafas
terengah-engah, dan keringat yang membasahi wajahku.
***
Mataku menelusuri seluruh koridor yang sedang kulewati saat
ini, dengan sebuah peta ditanganku, Peta yang menggambarkan seluruh ruangan
yang ada di gedung art & design Kyung hee University. Entah ini membantuku
atau tidak,sedari tadi aku hanya melihatnya tanpa mengerti bagaimana cara membacanya
dan harus mulai melihat-lihat dari mana.
Kini aku tak terlalu
terburu- buru seperti sebelumnya, karena kali ini aku hanya ingin
melihat ruangan design yang nantinya
akan sering kukunjungi. Aku im
yoona, mahasiswi universitas kyunghee. Aku mengambil jurusan design, tepatnya
design visual dan ini masa tahun awalku menjadi seorang mahasiswa. sebenarnya
ini pertama kalinya aku datang ke universitas ini, aku sering mendengar tentang
universitas kyunghee yang sangat terkenal, kudengar banyak orang-orang terkenal
kuliah disini. Beberapa artis dan aktor pun katanya banyak yang manjadi
mahasiswa disini. aku tak pernah
membayangkan tempatnya akan sebesar ini, Mencari kelas disekitar gedung jurusan
ku saja aku menghabiskan banyak waktu. Tak bisa kubayangkan berapa waktu yang
aku butuhkan untuk berkeliling di kampus ini.
Tiba-tiba aku mendengar lantunan merdu sebuah piano,
suaranya sayup-sayup terdengar begitu indah. Aku menghentikan langkahku,
mencoba berkonsentrasi pada suara tersebut yang tak begitu terdengar jelas. Ada
rasa penasaran di hati, tanpa sadar kakiku mulai berjalan membawaku mencari
sumber suara tersebut. semakin lama suaranya dapat kudengar jelas, kini bukan
hanya suara piano aku mendengar suara seseorang bernyanyi mengikuti note-note
piano yang ia mainkan. Suaranya seorang lelaki yang khas, indah sangat indah. Entah
mengapa baru saja aku mendengarkannya menyanyi namun aku sudah jatuh cinta pada
suaranya. Aku berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu yang tertutup
rapat, dari sini aku dapat melihat kedalam dari sedikit bagian kaca tembus
pandang didepan pintu tersebut. aku melirik tulisan ‘music studio’ yang
tertulis didepan pintu tersebut lalu kembali menelusuri kedalam ruangan, aku
dapat melihat seseorang duduk didepan sebuah piano. Karena letak duduknya, dari
sini aku dapat melihat sebagian wajahnya yang tengah terpejam, bernyanyi sambil
memainkan piano putih didepannya. Mataku terus menatapnya, aku tak dapat
melihatnya terlalu jelas tapi entah mengapa aku seperti mengenalnya. Aku mengerutkan
dahiku sambil terus menatapnya lekat. Lelaki tersebut seperti tak asing
dimataku.
“OH KAU!” suara seseorang mengagetkanku, hampir membuat
jantungku berhenti. Aku menatap kaget kearah suara. Kini aku dapat melihat
setengah tubuh seorang namja keluar dari pintu yang ada disebelah ruangan
tempatku berdiri.
"kau yang menabraku tadi pagi kan?iya benar itu kau"
ujarnya mengingatkanku tentang kejadian tadi pagi. Mengingat kejadian tersebut,
tiba-tiba dengkulku nyeri akibat berbenturan dengan lantai.
"benarkah? aaa joengmal mianhae" dengan cepat aku
membungkuk meminta maaf.
“mm.. kau lupa?” tanyanya bingung
“aniyo bukan begitu hanya saja aku tak melihat orang yang
kutabrak tadi, ternyata kau? Joengmal mianhae” ujarku menjelaskan
“ne..ne kwaencanayo. Kau pasti sedang terburu-buru” ia
tersenyum ramah padaku dengan eyesmilenya.
"Ne, joengmal mianhaeyo aku sangat terburu-buru"
jawabku lagi-lagi membungkuk padanya.
Kini lelaki berjalan mendekatiku, kini aku dapat melihat
ujung kaki hingga ujung rambutnya. Adakah laki-laki seperti ini? Sempurna penilaianku
pertama kali melihat orang yang kini ada didepanku. Lelaki tinggi semampai
dengan kaki yang jenjang, tampan, dari cara berpakaiannya sepertinya ia berasal
dari keluarga terpandang, selain itu ia sangat ramah sedari tadi tak
henti-hentinya memamerkan senyuman eyesmilenya padaku.
"sudahlah lupakan, Kau mau masuk ke studio musik?"
Tanyanya menujuk kearah ruangan didepan tempatku berdiri.
"eoh? aniyo, sebenarnya aku sedang mencari ruangan
design tapi aku tak dapat menemukannya. Entahlah padahal aku sudah membawa
ini" jelasku padanya dengan mengangkat sebuah peta yang sedari tadi
kupegang dan tak membantu sama sekali.
"Aaah ruang design ya, sebenarnya kau sudah hampir
sampai letaknya tak jauh dari sini. Mau ku antar?"
"Apakah tidak merepotkan mu?" tanyaku
"Tentu saja tidak" jawabnya dengan yakin.
"Kajja" lelaki itu berjalan didepan dan memberi tanda untuk
mengikutinya. aku berjalan mengikutinya dan melupakan kegiatanku sebelumnya.
"Jadi kau mengambil jurusan design?" Tanyanya
selagi kami berjalan. Kini aku sudah berjalan di sampingnya.
"Nee.." aku mengangguk. tak lama kami berjalan,
lelaki tersebut berhenti didepan ruangan diujung koridor ini dan letaknya
memang tak begitu jauh dari studio musik tempat kami bertemu tadi.
"Ini ruangannya" ujarnya dengan menggeser pintu
yang didepannya tertulis 'design room' dan memberi tanda mempersilahkanku masuk.
Aku berjalan melewatinya dan masuk kedalam ruangan tersebut.
Ruangan yang dipenuhi berbagai alat-alat design, dengan
beberapa macbook yang berjejer rapi di ujung ruangan juga terdapat banyak
sketsa-sketsa serta lukisan yang terpasang di seluruh bagian tembok ruangan
ini. mataku terus berkeliling menelusuri seisi ruangan tersebut. Sampai
akhirnya aku tersadar lelaki tersebut masih mamandangku dari depan pintu.
"Kamsahamida" aku membungkukan kepalaku berterima
kasih, ia menatapku dengan tersenyum eyesmile khasnya. Lalu menyatukan kedua
tangannya didada dengan terus menatapku.
"Nickhun im nida, aku dari jurusan perfilman
"Aaah im yoona im nida, annyeonghaseyo" lagi lagi
aku membungku namun kali ini untuk memperkenalkan diri.
"Aaah yoona-ssi, aku belum pernah melihatmu
sebelumnya"
"Ne, aku mahasiswi angkatan baru"
"Aaaa kaereyo, pantas saja aku baru melihatmu. berarti
aku 2 tahun lebih tua darimu" Ujarnya dengan menatap jarinya seperti
sedang menghitung.
"aaaa sanbae? Anyyeonghaseyo sanbae" aku
membungkuk lagi-lagi memberi hormat pada sanbae yang baru ku kenal ini.
"Hahahah kau lucu sekali yoona-ssi" ia tertawa
melihat kelakuanku yang aku yakin terlihat seperti orang bodoh. Lagi-lagi eyesmile
datang dari matanya. "Yoona-ssi sepertinya aku tak bisa menemanimu lebih
lama, ada yang harus aku kerjakan" ujarnya setelah melihat jam yang
terpasang di tangannya.
"Kau tidak apa apa kan?" tanyanya memastikan.
"Ah ne sanbaenim kwaencanayo, mianhae
merepotkanmu"
"Hahaha... Kwencanayo yoona-ssi. Aku pergi ya annyeoung"
dengan tetap tersenyum ia melambaikan tangannya lalu berbalik dan pergi. Aku
masih diam pada posisiku sambil melihatnya menghilang.
"annyeoung"
sahutku sedikit berbisik.
“Korea maju cukup pesat, melahirkan lelaki sempurna seperti
itu” gumamku ngarang, “sepertinya kehidupan mahasiswaku akan menyenangkan”
ujarku pada diri sendiri sembari tersenyum tak jelas.
***
“ini sudah lebih dari jadwal yang ditentukan”gerutuku
sendiri sembari membereskan buku serta alat tulis yang berserakan di atas meja.
Kuliah terakhir selesai lebih lama dari jam yang sudah di tentukan, entah sudah
berapa kali aku hampir memejamkan mataku mendengar penjelasan jung soengsangnim
yang amat bertele-tele.
Setelah semua barang sudah aku masukan dan sudah dipastikan
tak ada yang tertinggal, akupun berjalan keluar dari kelas. Sudah tak ada
siapa-siapa dikelas aku orang terakhir, aku melirik jam tangan keemasan yang
terpasang di tanganku sudah menunjukan pukul 5 sore. Hari pertama yang cukup
melelahkan. Aku berjalan melewati koridor dan melewati ruang design yang
sebelumnya kukunjungi aku meliriknya sekilas tak ada siapa-siapa sama seperti
tadi siang, aku terus berjalan tanpa memberhentikan langkahku.
The
one person who can’t see me though I am looking
The
one person who can’t hear me though I am calling
Do
you even remember me?
Do
you even think of me?
Just
once, please
(Jessica SNSD – The One Like You)
Lantunan piano yang kembali terdengar ditelingaku, lagu yang
indah fikirku saat mendengarnya. Suaranya aku mendengar suaranya lagi. Suara khasnya,
sekali saja mendengar aku yakin siapa pemiliknya. Dengan mantap kakiku
melangkah mendekat kearah studio music. Kini aku dapat mendengarnya lebih jelas,
aku melihat orang yang sama seperti tadi siang. Lelaki yang terpejam, sambil
bernyanyi begitu mengkhayati dan memainkan note-note indah di pianonya. Aku tak
mengerti, ini kedua kalinya aku mendengarkan suaranya setelah tadi siang namun
aku seperti sudah pernah mendengar sebelumnya, suaranya aku jatuh cinta pada
suaranya.
Tanpa sadar aku berdiri sambil menutup mataku mengikuti
irama piano yang melantun indah dan mendengarkan suaranya ballad lelaki
tersebut berhamonisasi dengan note piano yang ia mainkan. Entah mengapa ada
rasa sakit di balik lirik yang ia nyanyikan, dengan mendengar suaranya saja aku
dapat merasakan sakit tersebut. tiba-tiba saja hatiku sedikit sesak. Hingga akhirnya
suara piano tersebut berhenti aku juga tak dapat mendengar suara lelaki
tersebut bernyanyi. Apa lagunya sudah
selesai? Kenapa menggantung seperti itu akhirnya fikirku dalam hati. Aku masih
memejamkan mataku sambil mengerutkan alis, terus menunggu suara piano tersebut.
sampai akhirnya aku dapat merasakan suara pintu yang terbuka dengan segera aku
membuka mataku dan
“O..OW” mulutku membulat, begitu juga dengan mataku melihat
seorang namja berdiri didepanku menatapku dingin. Mata kami bertemu, rasa sesak
didadaku sebelumnya kini berubah tak menentu antara malu dan takut. Jantungku berdegup
sangat kencang, lari dari iramanya. Aku tak mengerti apa yang menyebabkan
jantungku bekerja begitu cepat, apa karena aku ketakutan? Atau sorot matanya
yang kini menatapku dan cukup menggangguku.
“sedang apa kau disini?” tanya lelaki tersebut masih
menatapku dingin namun tatapannya kini cukup tajam, aku masih menatapnya tak
percaya apa ia yang bernyanyi tadi?
“mm.. aku..aku sedang..” aku tak tahu harus menjelaskan apa,
kepalaku sedikit miring menatap kedalam studio musik yang sudah tak ada
siapa-siapa dengan pintu yang terbuka. Benar
dia orangnya, Lelaki yang menyanyi dengan pianonya. Bagaimana ini?!”
gumamku dalam hati.
“aku hanya kebetulan lewat” entah apa yang harus kukatakan,
jelas-jelas aku terlihat seperti penguntit begini. Yoonaaa kau bodoh sekali
“Lalu mengapa kau diam disini?” tanyanya. “kau penguntit?”
tanyanya lagi.
“MWO?!” ujarku kesal, walaupun aku tak dapat memungkiri
bahwa aku memang terlihat seperti itu tadi.
“Kenapa kau memejamkan mata seperti tadi?” tanyanya lagi.
“eoh? Aaah.. aku.. aku.. mataku.. mataku kelilipan iya
kelilipan” ujarku sambil beraktik seolah sesuatu masuk kedalam mataku sambil
mengerjapkan mataku tak karuan
Ia menatapku aneh, melihat tingkahku yang sama sekali
ketahuan bahwa sekarang aku tengah berbohong. Bagaimana ini?! Keluhku dalam hati.
“WEIRDO” ujarnya datar, ia memalingkan wajahnya dan pergi begitu
saja dengan mengendong tasnya.
“MWO?! Apa tadi dia bilang? Weirdo? Weird?” aku menghentikan
tingkah anehku sebelumnya, lalu menatap tajam pada lelaki yang kini hanya dapat
kulihat punggungnya yang semakin menjauh.
“pabo! Im yoona pabo!” gerutuku sendiri sambil memukul pelan
kepalaku. “lelaki menyebalkan”
***
Jam sudah menunjukan pukul 1 dini hari dan aku masih mencoba
menutup mataku dan hasilnya nihil. Rasa ngantuk sama sekali tak ada dibenakku,
sampai sekarang mataku masih membulat sempurna. "Oh ayolah im yoona besok
ada kelas pagi" aku memohon pada diri sendiri. Sedari tadi aku hanya
memikirkan kejadian di hari pertamaku masuk kuliah. Bertemu dua laki-laki yang
amat sangat bertolak belakang. Lelaki dengan senyum eyesmilenya menyapaku ramah
di hari pertama aku menjadi seorang mahasiswi, dan yang satunya lelaki dingin
yang menatapku datar dan mengataiku ‘weirdo’ benar-benar seperti angle dan
evil.
Namun entah mengapa, wajah si lelaki menyebalkan itu yang
terngiang jelas difikiranku. Wajahnya yang tirus, putih pucat dengan mata besar
seperti anjing ‘puppy eye’nya menatapku datar, bola matanya yang kecoklatan
mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang sangat ingin aku temui namun aku
tak tahu ia berada dimana. Suara indahnya, suara khasnya, permainan pianonya mengingatkanku
pada seseorang yang sudah 10 tahun ini menghilang.
Tepatnya bukan menghilang, tapi kami berpisah saat aku harus
ikut dengan ibuku pergi ke jepang. Teman kecilku yang aku tak tahu siapa nama
lengkapnya, yang aku tak tahu dimana rumahnya, yang aku tak tahu siapa orang
tuanya, dimana sekolahnya. Setiap hari kami bertemu di taman belakang dekat rumahku
yang dulu, setiap hari selama 2 tahun. Ia setahun lebih tua dariku katanya
seperti itu, lelaki kecil yang selalu melindungiku saat aku diganggu oleh bocah
nakal lainnya, lelaki yang selalu ingin dibuatkan gambar dirinya olehku, lelaki
yang selalu tersenyum dengan puppy eyenya yang lucu, dan selalu memarahi orang
yang menggangguku dengan tatapan evilnya, lelaki yang selalu membuatku tertawa
saat aku tahu ayah dan ibuku tak lagi tinggal bersama, saat aku menangis
mendengar pertengkaran ayah dan ibuku.
“oppa, oemma dan appaku saling berteriak satu sama lain aku
sangat takut” rengek seorang gadis kecil manja sambil mengusap air mata yang
turun dari matanya.
“hey jangan menangis, lihatlah hidungmu memerah kau terlihat
seperti babi” ujar lelaki kecil menggoda dengan evil smilenya
“OPPA!” teriak lemah gadis kecil itu, ia marah dan air
matanya tiba-tiba tak mengalir seperti sebelumnya.
“jangan menangis yoong” panggil lelaki tersebut pada gadis
didepannya, ia mengusap lembut pipi gadis tersebut. menghilangkan bekas air
mata yang tersisa disana.
Sebersit kenangan masa lalu terlintas dikepalaku. oh tuhan aku benar-benar merindukan
orang itu, dimana dia?.
Mataku memanas, tiba-tiba saja aku meneteskan air mataku yang jatuh begitu saja
tak dapat lagi kutahan. kedua tanganku memegang dadaku yang kini terasa sakit dan sesak. Aku ingin bertemu dengannya secepatnya aku harus bertemu dengannya.
Chapter 1 selesaaai chingu. Semoga ceritanya ga membosankan ya, chapter selanjutnya bakal secepatnya dibuat. mohon maaf bila ada typo disana-sini dan cerita yang masih berantakan ini FF pertama saya. Semoga bisa menghibur kalian, makasih buat temen-temen yang mampir dan membaca FF ini. jangan bosen mampir & ngasih commentnya ya chingu :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar